Penelitian Macro Fungi, Antarkan Dosen FABIONA jadi Pemenang Poster Terbaik DIKTI

Facebook
Twitter
LinkedIn
Print
Email
WhatsApp
Selain banyak jenisnya, jumlah jamur itu sendiri lebih banyak dari jumlah tumbuhan yang ada.

Jakarta [UNAS] – Prestasi Universitas Nasional, kembali terukir. Kali ini sumbangan prestasi diberikan oleh Dosen Fakultas Biologi dan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional. Dra. Noverita, M.Si dan Dra. Suprihatin, M.Si berhasil menjadi Pemenang Presenter Terbaik dan Pemenang Poster Terbaik, Penerima Hibah DIKTI Tahun 2013.”Alhamdulillah dan saya bersyukur bisa terpilih dan dipanggil kembali untuk mempresentasikan penelitian saya, terlebih bisa menjadi pemenang poster terbaik. Hibah ini sebenarnya penerimaan Hibah DIKTI tahun 2013 – 2014, dan dari belasan penelitian Unas yang berhasil masuk dipilih kembali empat penelitian untuk mempresentasikan lagi penelitiannya,” papar Dosen Fakultas Biologi Unas, Dra. Noverita, M.Si yang berhasil meraih juara Poster Terbaik saat ditemui di ruangannya, Rabu (4/6).Dalam posternya, Noverita mengangkat penelitian terkait macro fungi atau jamur dengan mencantumkan beberapa beragam jenis jamur yang ditemuinya di sejumlah wilayah di Indonesia. “Saya senang meneliti jamur, selain banyak jenisnya jumlah jamur itu sendiri lebih banyak dari jumlah tumbuhan yang ada. Tidak hanya itu, kandungan yang ada di dalam jamur, terutama jamur untuk budidaya pangan itu sangat banyak, seperti protein tinggi, kandungan air yang tinggi, tidak mengandung kolesterol serta terdapat juga bahan obat didalamnya. Hal ini bisa kita buktikan dengan melihat kebiasaan masyarakat dimana wilayahnya terdapat banyak jamur yang tumbuh,” jelas Noverita.Lebih lanjut, Noverita juga mengungkapkan bahwa penelitian macro fungi tersebut juga akan dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Tidak heran, melalui penelitiannya, Noverita mencoba membantu masyarakat pedalaman, seperti warga di Ujung Kulon dalam membudidayakan jamur – jamur yang berpotensi baik untuk obat dan untuk pangan. Selain itu, Noverita juga memaparkan bagaimana kriteria jamur yang dapat dimakan dan mana jamur yang tidak boleh dikonsumsi.”Sebenarnya masyarakat yang berada di daerah tumbuhnya jamur lebih mengetahui mana yang bisa dimakan dan mana yang tidak. Uniknya, selain untuk pangan, jamur juga digunakan untuk obat. Misalkan ada satu masyarakat pedalaman menjadikan jamur sebagai obat mata, dan contoh lain menurut kepercayaan suku Dayak, mereka menjadikan jamur sebagai obat untuk mengusir roh halus,” imbuh Noverita.